Jumat, 15 Juni 2018

Lebaran Ceria, Ambil Pesannya!

Hari ini ummat muslim Indonesia khususnya tengah merasakan kebahagiaan. Mulai dari yang kecil sampai yang besar. Yang muda maupun yang tua. Semua memiliki rasa tersendiri dalam hati yang diluapkan dalam tawa dan haru.

Lihatlah orangtua, kebahagiaan mereka adalah saat anak-cucunya berdatangan. Berlarian kesana-kemari. Bercanda tawa, berbagi cerita,. Poinnya bukan sekadar saat kumpul-kumpil saja, tapi bahagia saat mereka sadar bahwa anak keturunannya tengah bergembira semua. Kumpul saudara adalah persatuan. Karena tak ada yang lebih membuat bahagia daripada persatuan. Inilah contoh kasih sayang seorang ayah dan ibunda. Walau usia kian senja, mereka tetap merasa muda saat semua bahagia.

Tak kalah dengan kalangan sepuh dan orangtua, yang muda juga ikut ambil bagian. Apalagi bocah-bocah yang membawa dompet masing-masing. Hal yang tak wajar mereka bawa selain hari Ramadhan. Karena tradisi masyarakat kita, hari lebaran adalah hari panen uang receh lembaran yang masih kaku. Ada yang mengerti nilainya, ada pula yang sekadar ikut-ikutan mendapat uang tanpa tahu seberapa nilainya. Yang seperti ini, biasanya saya yang pegang uangnya. Mereka gak akan sadar, hehe ….

Setiap kejadiannya, kita ambil pelajaran. Untuk anak-anak, jangan sampai diajarkan sejak dini sikap meminta-minta. jangan dibiasakan anak tergiur dengan harta benda. Tapi ajarkan mereka bagaimana rasa malu adalah bagian dari iman. Ajarkan mereka bagaimana caraya bisa membantu sesama. Dan yang tak boleh lupa, ajarkan pada mereka bagaimana syukur itu diekspresikan menurut cara anak-anak. Agar iman bisa ditanam. Agar benih terus tersiram air kesejukan dalam keshalihan.

Semua adalah tantangan setiap mereka yang merasa sebagai orang dewasa terutama orangtua. Jadikan “THR” kepada anak-anak sebagai sedekah, bukan paksaan tradisi semata. Betapa jauh sekali bedanya, hanya karena urusan niat. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Sambil memberi, jangan lupa sambil berbisik menasehati. Karena percikan iman lebih mudah kita curahkan saat mereka tengah berbahagia.

Begitulah serba-serbi hari lebaran. Tiap kejadian, harus diambil pelajaran. Tiap kesempatan, harus diambil hikmahnya. Mumpung masih hangat lebaran, saya juga memohon maaf atas segala salah dan kekurangan. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan dijumpakan dengan Ramadhan unuk tahun-tahun berikutnya. Wassalam.

Wallahu a’lam bish shawab ….

Razu, Jakarta, 15 Juni 2018

Lebaran Ceria, Ambil Pesannya!

Hari ini ummat muslim Indonesia khususnya tengah merasakan kebahagiaan. Mulai dari yang kecil sampai yang besar. Yang muda maupun yang tua. Semua memiliki rasa tersendiri dalam hati yang diluapkan dalam tawa dan haru.

Lihatlah orangtua, kebahagiaan mereka adalah saat anak-cucunya berdatangan. Berlarian kesana-kemari. Bercanda tawa, berbagi cerita,. Poinnya bukan sekadar saat kumpul-kumpil saja, tapi bahagia saat mereka sadar bahwa anak keturunannya tengah bergembira semua. Kumpul saudara adalah persatuan. Karena tak ada yang lebih membuat bahagia daripada persatuan. Inilah contoh kasih sayang seorang ayah dan ibunda. Walau usia kian senja, mereka tetap merasa muda saat semua bahagia.

Tak kalah dengan kalangan sepuh dan orangtua, yang muda juga ikut ambil bagian. Apalagi bocah-bocah yang membawa dompet masing-masing. Hal yang tak wajar mereka bawa selain hari Ramadhan. Karena tradisi masyarakat kita, hari lebaran adalah hari panen uang receh lembaran yang masih kaku. Ada yang mengerti nilainya, ada pula yang sekadar ikut-ikutan mendapat uang tanpa tahu seberapa nilainya. Yang seperti ini, biasanya saya yang pegang uangnya. Mereka gak akan sadar, hehe ….

Setiap kejadiannya, kita ambil pelajaran. Untuk anak-anak, jangan sampai diajarkan sejak dini sikap meminta-minta. jangan dibiasakan anak tergiur dengan harta benda. Tapi ajarkan mereka bagaimana rasa malu adalah bagian dari iman. Ajarkan mereka bagaimana caraya bisa membantu sesama. Dan yang tak boleh lupa, ajarkan pada mereka bagaimana syukur itu diekspresikan menurut cara anak-anak. Agar iman bisa ditanam. Agar benih terus tersiram air kesejukan dalam keshalihan.

Semua adalah tantangan setiap mereka yang merasa sebagai orang dewasa terutama orangtua. Jadikan “THR” kepada anak-anak sebagai sedekah, bukan paksaan tradisi semata. Betapa jauh sekali bedanya, hanya karena urusan niat. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Sambil memberi, jangan lupa sambil berbisik menasehati. Karena percikan iman lebih mudah kita curahkan saat mereka tengah berbahagia.

Begitulah serba-serbi hari lebaran. Tiap kejadian, harus diambil pelajaran. Tiap kesempatan, harus diambil hikmahnya. Mumpung masih hangat lebaran, saya juga memohon maaf atas segala salah dan kekurangan. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan dijumpakan dengan Ramadhan unuk tahun-tahun berikutnya. Wassalam.

Wallahu a’lam bish shawab ….

Razu, Jakarta, 15 Juni 2018