Minggu, 26 Juli 2015

Kau Anggap Apa Agamaku?

Sungguh ironi melihat negeri yang katanya memiliki populasi muslim terbesar dunia, namun sikapnya yang masih 'plin-plan' dalam menghakimi. Keadilan memang sulit, namun setidaknya apakah tidak ada usaha lebih untuk mau berlaku adil?

Kurasa, pemerintah sudah cukup bijak dalam mengajukan beberapa hukum kenegaraan. Berlandaskan pancasila, juga undang-undang negara Indonesia. Dan aku sangat suka dengan semboyan negeri, "Bhineka Tunggal Ika".

Tapi yang terjadi sekarang sungguh berbeda. Entah karena siapa, sekarang negeri ini terasa seperti boneka. Miniatur negara yang dimainkan oleh penjajah bawah tanah.

Negeri semakin miskin. Apalagi dalam hukum. Semua terbeli oleh uang, dan uang.

Terlebih tentang kehormatan yang sekarang aku berada di dalamnya. Yang juga menjadi kehormatan saudaraku yang berjalan pada jalan yang sama. Jalan Islam!

Katanya negeriku punya aturan. Mereka srbut itu kebebasan beragama. Aku paham dan tidak akan pernah menolak. Karena apa? Ya tentunya karena aturan itu tak menyimpang dari aturan agamaku.

Tuhanku berfirman, "Bagiku agamaku, bagimu agamamu." (QS. Al Kafirun : 6)

Adapun agamaku tak pernah memaksa siapapun untuk memeluknya. Karena agama punya adab. Tak ada paksaan apakah mereka ingin mengikutinya ataupun tidak. Tapi tentu saja cinta kami ada mereka tetap ada. Oleh karenanya, kami mengajak orang-orang untuk berjalan di atas agama Allah ini.

Tapi mengapa? Mengapa saudara kami uang SELALU ditindas? Tidakkah mereka diajarkan adab oleh agama mereka seperti yang Islam ajarkan kepada umat muslim?

Kenapa pengadilan hukum diam saja? Di mana para pegiat HAM yang dulu berkoar-koar tentang perihal hak dan keadilan? Di mana?

Kau sebut Islam itu keras. Kau sebut agamaku itu hina, dengan ajaran-ajarannya yang tidak adil. Kau sebut Islam yang dibawa nabiku ini selalu salah.

Kau, entah kau yang kafir, ataupun muslim itu sendiri. Kemunafikan mengantar kepada neraka. Maka kembalikan! Kembalikan hak kami sebagai orang-orang muslim. Jangan kau jual agama dengan kenikmatan dunia semata. Apalagi hanya sekadar uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar