Minggu, 26 Juli 2015

Melawan Sebingkai Rindu

Mawar hitam kunjung tumbuh di benak
Hati terluka parah tergores duri hingga terkoyak
Alirkan darah getir paling beracun
Sukma merintih perih lewat bulir bening tangisan

Dik, izinkan lentik jemariku kembali membelaimu
Walau sekadar lewat lukis wajah berbingkai kayu
Biar tak samar atau lusuh; bila masih kaukenakan baju debu 
Ah ... jiwaku terkurung di lingkar kutukan rindu

Dan bila kasih kembali menjajak bumi
Bertelanjang kaki aku 'kan lari menghampiri
Dan bila pun genggammu mampu memanja hati lagi
Kusewa waktu untuk sejenak berhenti bersama sisakan sunyi

Namun, adakah hati mampu menyulam tabah
Menerima kenyataan bila tulang-belulang telah menyatu dengan tanah? Sudahlah! Mungkin saatnya tiba kuakhiri
Tiada guna bila terus mencipta sketsa gundah tak bertepi
Maafkan aku, bila terpaksa harus membuang bingkai rindu ini

Rahmat Zubair, Jakarta, 27072015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar